Krisis Minyak di Indonesia

Krisis minyak Indonesia sudah berada di ambang batas. Cadangan minyak di Indonesia diperkirakan hanya mampu bertahan hingga 11 tahun ke depan. Masalahnya krisis energi ini belum menjadi bahasan serius bagi pemerintah Indonesia. Akibatnya, belum ada langkah konkret, sistematis dan terstruktur untuk menghemat energi.

Cadangan minyak Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 3,7 miliar barel. Produksi bahan bakar minyak di Indonesia perhari rata-rata 800 ribu barel. Maka jika pemerintah tidak segera menemukan cadangan minyak baru, dipastikan persediaan minyak dalam negeri akan habis dalam waktu 11 tahun.

Menemukan cadangan minyak saat ini sangat sulit, akibat harga minyak mentah dunia yang semakin turun. Investasi migas sedang lesu, sehingga sulit untuk meningkatkan eksplorasi. Padahal Indonesia memiliki cadangan sumber energi alternatif seperti panas bumi, tenaga air, tenaga surya danbiofuel. Energi paling prospektif adalah biofuel dari sawit dan tenaga surya. Tapi pengembangan energi alternatif tersebut terkendala harga minyak yang semakin menurun, sebab semua harga energi alternatif tersebut pada awalnya akan mahal. Namun, upaya tersebut harus segera diwujudkan untuk mengatasi krisis minyak Indonesia.

Pengendalian Penggunaan Energi

Pemerintah diharapkan mengedepankan isu energi dalam kebijakan pemerintah, termasuk upaya pengendalian konsumsi energi. Sebab saat ini pemerintah hanya serius tergerak mengendalikan konsumsi saat ada tekanan dari sektor energi. Ketika tekanan longgar, pemerintah tidak perhatian lagi sehingga pemakaian energi kembali boros.

Para pengambil kebijakan tampaknya belum menyadari krisis telah terjadi di sektor migas. Krisis telah memberikan dampak yang signifikan pada belanja subsidi energi pada APBN serta defisit neraca perdagangan, namun oleh pemerintah masih dianggap biasa. Sikap dan cara pandang pemerintah terefleksi pada kebijakan yang diimplementasikan.

Indonesia memang sudah memiliki protokol krisis di bidang keuangan, namun belum ada protokol krisis di bidang energi. Hal ini sangat berbahaya, karena dampak krisis baru akan terasa setelah krisis benar-benar terjadi. Pemerintah baru akan bergerak setelah kondisi mendesak.

Negara tidak boleh terlena dengan harga minyak dunia yang turun. Jika tidak pengembangan energi alternatif terbarukan tidak pernah terjadi, dan selamanya bangsa Indonesia akan bergantung pada energi fosil. Padahal energi fosil akan segera habis dan belum ada penemuan cadangan energi yang baru di dalam negeri.

Saat ini Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 29.000 megawatt dan baru dimanfaatkan sekitar 5%. Penggunaan gas yang sudah berjalan diharapkan lebih dioptimalkan, mengingat persediaan gas Indonesia cukup besar, sekitar 103 triliun kaki kubik. Pengembangan energi terbarukan ini harus konsisten meskipun harga minyak dunia melemah.

Harus ada antisipasi dari pemerintah untuk mengatasi dampak penurunan produksi migas dalam negeri. Beberapa langkah yang sebaiknya diambil adalah mempercepat proyek-proyek migas dan meminimalisir hambatan yang timbul dalam pelaksanaan proyek. Selain itu perlu ada peningkatan eksplorasi migas hingga tiga kali lipat dari yang sudah ada sekarang.

0 comments

Write a Comment

Fields with * are required