Nilai Rupiah Melemah, Pabrik Tekstil Gulung Tikar

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, mau tak mau memberi dampak lebih lanjut. Tak hanya bagi masyarakat umum tentunya, perusahaan besar pun banyak yang mengeluhkan situasi tersebut. Tak sedikit akhirnya perusahaan yang memilih gulung tikar untuk menutupi kerugian pada masa produksi. Dampak lebih luasnya tentu saja semakin banyak karyawan yang “dirumahkan” karena ketidakmampuan perusahaan membayar gaji mereka.

Setidaknya dalam kurun 2 bulan belakangan ini saja, ada sekitar 18 pabrik tekstil yang gulung tikar. Hal ini mau tak mau memang membuat masalah baru bagi pemerintah, yakni jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Penyebab utamanya tentu saja bahan baku impor yang terpengaruh dengan kurs rupiah saat ini. Semakin meningkatnya harga bahan baku, secara langsung berdampak pada biaya produksi yang semakin meningkat pula dari sebelumnya.

Industri tekstil bisa dibilang sebagai industri yang paling terpukul dengan anjloknya nilai tukar rupiah. Tersungkurnya nilai rupiah di angka yang hampir mencapai Rp 15.000, dijelaskan mampu membuat perusahaan megap-megap. Kerugian besar yang mereka derita akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan diikuti oleh daya beli masyarakat rendah, haruslah diakali dengan gulung tikar. Gulung tikar memang bukan solusi menyenangkan, hanya saja tidak mungkin melanjutkan produksi kalau bahan baku tetap tinggi.

Seperti yang kita ketahui, penjualan tekstil sendiri sebenarnya tersedia dalam 2 kategori. Pertama, penjualan yang berkelas ekspor dan didistribusikan ke luar negeri. Kedua, penjualan domestik yang menjangkau pasaran dalam negeri dengan kualitas setara barang ekspor. Tak terjadi masalah memang pada orientasi pasar ekspor, sebab bahan baku dibeli dalam nilai dolar dan dijual kembali dalam hitungan dolar. Namun tidak begitu halnya dengan pasar domestik yang menggunakan rupiah sebagai alat transaksi.

Melesunya daya beli masyarakat terhadap barang yang semakin naik harganya, nyatanya turut mempengaruhi lesunya pasaran dalam negeri. Walaupun tak dipengaruhi secara langsung, tetapi masyarakat tetaplah harus mengencangkan ikat pinggang. Artinya mereka harus lebih selektif dan memilih produk yang dirasa berdaya beli lebih murah daripada sebelumnya.

0 comments

Write a Comment

Fields with * are required